Berantas Buta Aksara Dengan Seneng Maca
Budaya
Literasi Yang Menginspirasi
Bahasa
merupakan lambang bunyi yang arbiter, yang digunakan oleh anggota suatu
masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Salah
satu keterampilan berbahasa adalah membaca. Membaca merupakan kegiatan melihat
serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam
hati).
Bagi
orang yang bergelut di dunia pendidikan, aktivitas membaca sudah menjadi
makanan sehari-hari. Khususnya bagi pendidik dan peserta didik, yang ada di
tingkat Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi. Namun tidak menutup kemungkinan
seseorang yang tidak pernah mengenyam bangku sekolah juga menikmati kegiatan
membaca.
Berbicara
mengenai membaca, tak lepas dengan kurikulum pendidikan yang berlaku di
Indonesia yang kerap berubah-ubah seiring dengan bergantinya Menteri Pedidikan.
Kurikulum 2013 revisi merupakan kurikulum terbaru. Dimana kurikulum ini
menggunakan pendekatan santifik. Sehingga perlu adanya peningkatan kegiatan
membaca. Mengapa membaca? Karena dengan membaca kita dapat mendapatkan
pengetahuan yang luas, yang baru dan sebelumnya belum kita ketahui. Seperti
kalimat yang sudah sering kita baca dan dengar di sekolah-sokalah “Buku adalah jendela dunia”.
Namun,
seiring berkembangnya jaman masyarakat mulai meninggalkan dunia membaca buku.
Mereka lebih suka membaca konten-konten aplikasi yang ada di handphone mereka.
Terlebih lagi buku sekarang ini sudah berkembang menjadi E-book. Sekarang
kemanapun kita pergi sudah tidak perlu membawa buku melainkan membawa handphone
karena semua sudah di kemas menjadi E-book.
Perkembangan
teknologi memang mempunyai dampak positif bagi kehidupan masyarakat, tetapi
tidak menutup kemungkinan jika mempunyai dampak negatif juga. Salah satunya
kegiatan membaca. Jika peserta didik dihadapkan dengan permasalahan mengenai
tugas-tugas yang susah mereka hanya butuh beberapa detik untuk menemukan
jawabannya lewat internet. Namun jika mereka membaca butuh waktu beberapa menit
untuk menemukan jawabnnya.
Dari
sini kita bisa melihat bahwa membaca belum sepenuhnya menjadi kegiatan wajib
lapisan masyarakat khususnya dunia pendidikan. Bagaimana kita dapat memotivasi orang
lain untuk senang membaca jika diri kita sendiri belum menyukai kegiatan
membaca.
Sebagai
langkah awal gerakan literasi perlu dilakukan di lingkungan sekolah. Sebagian
besar sekolah di Wonosobo sudah menerapkan budaya literasi. Namun, tidak setiap
hari hanya beberapa hari seminggu. Dari sini kita dapat melatih peserta didik
untuk menigkatkan minat mereka dalam hal membaca. Salah satu Sekolah Tingkat
Menengah Atas Negeri di Wonosobo melakukan budaya literasi setiap hari Rabu dan
Kamis. Kegiatan ini laksanakan sebelum pelajaran di mulai selama 15 menit. Jadi
jika masuk pukul 07.00 budaya literasi berakhir pukul 07.15 setelah itu
dilanjutkan pelajaran seperti biasa. Hal ini tidak berhenti di situ saja,
melainkan ada undian per angkatan dimana nantinya akan ada peserta didik yang
maju membacakan apa yang sudah dibaca. Hal ini merupakan bukti bahwa mereka sudah
membaca dan benar-benar melaksanakan budaya literasi.
Budaya
literasi memang harus ditanamkan sejak dini pada diri setiap individu. Karena
dengan membaca kita dapat berbaur dengan siapa saja.
Selamat
ulang tahun untuk Perpustakaan Daerah Kabupaten Wonosobo ke 28 tahun.
Harapannya semoga di umur yang ke 28 Perpusda semakin berjaya, semakin
berprestasi lagi, dan mengadakan agenda perpustakaan keliling seminggu sekali
di setiap desa yang ada di Wonosobo karena jarak antara kota dan desa sangat
jauh terlebih sarana transportasi yang sangat sulit di jangkau. Sehingga
Wonosobo Seneng Maca dapat merata di setiap penjuru desa yang ada di Wonosobo
dan lapisan masyarakat Wonosobo.
Postingan artikel ini diikutsertakan
dalam Lomba Blog #WonosoboSenengMaca
Komentar
Posting Komentar