SM3T

SM3T Pentingkah?


                           

Bagi mahasiswa yang mengambil program studi pendidikan pasti tidak asing lagi dengan kalimat SM3T. Dimana program ini dibuat untuk mengatasi kesenjangan pendidikan diwilayah jawa dan luar jawa. Program yang dipelopori Mendikbud Mohammad Ali pertama kali diterjunkan pada November 2011 ke pelosok negeri. Mulai tahun 2016 ini, peminat guru PNS wajib mengikuti program sarjana mengajar didaerah terdepan,terluar,dan tertinggal
Sistem yang diberlakukan hampir sama halnya dengan seorang dokter yang harus mengabdi didaerah terpencil dahulu. Untuk menjadi seorang dokter PNS,calon dokter juga harus mengikuti proram pegawai tidak tetap. Sebenarnya guru yang ingin menjadi PNS wajib lulus program Pendidikan Profesi Guru (PPG),tapi pada praktiknya wujud dari program ini yaitu mengajar didaerah pedalaman.
Jika dilihat program ini memang sangat membantu. Apalagi kita sudah tau bahwa pendidikan diluar jawa sangat tidak sebanding dengan daerah jawa. Banyak mahasiswa yang dari bagian timur menuntut ilmu hingga ke jawa demi memajukan kota mereka setelah sekian lama mereka menempa ilmu. Semangat dari mereka mengisyaratkan bahwa mereka butuh maju jangan sampai zaman yang sekarang semakin modern tapi pengetahuan mereka masih tertinggal. Memang tidak semua beranggapan jika pengetahuan itu senting. Wajar saja jika banyak anak dibagian tertinggal tidak berniat untuk bersekolah.
Kabar yang sekarang sedang berkembang semua Universitas mengadakan program Pendidikan Profesi Guru (PPG). Tetapi tidak diwajibkan semua mengikuti program ini hanya saja yang ingin melanjutkan dan memang ingin menjadi guru. Jika yang kita tau melanjutkan pendidikan Strata Satu(S1) memakan waktu 4 tahun tetapi jika melanjutkan PPG harus menempuh 5 tahun satu taun untuk menempuh PPG.
Namun harus dipertimbangkan lagi bagi pemerintah yang mengadakan program ini, apakah keselamatan para sarjana yang mengajar ini sudah terjamin. Mengapa dikatatakan sudah terjamin? Yang ada dibenak kita mendengar kalimat terluar,tertinggal pasti sangat sangat primitif. Bagaimana jika terjadi hal yang tidak diinginkan siapa yang akan bertanggung jawab? Memang ini pengabdian tetapi bisa saja nyawa kita taruhannya. Dari jalan yang susah dijamah,melewati hutan yang mungkin terdapat binatang buas bisa saja sewaktu-waktu memangsa kita,menyebrangi sungai tanpa ada jembatan yang bisa saja banjir bandang datang.
Tak adanya aliran listrik,jauhnya dari perkotaan yang membuat sulit untuk memenuhi kebutuhan hidup,sampe tak adanya komunikasi untuk beberapa tahun saat mengabdi dipedalaman. Apakah hanya pengetahuan yang akan disamaratakan di Indonesia,tetapi sarana dan prasarana tidak memadahi. Apakah hanya guru dan tenaga medis yang akan mengabdi di daerah pedalaman saja, Indonesia juga membutuhkan ahli-ahli yang memang berkompeten dengan bidangnya sendiri. Masih pentingkah SM3T?


Komentar

Postingan Populer